.quickedit{ display:none; }
Hatur saur ka urang Lembur, bagea ka baraya nu ti kota

Rabu, 06 Juli 2011

MAJA MENJANGAN


MAJA MENJANGAN

Enaknya kecap tradisional ternyata tidak dibuat dengan waktu cepat, butuh waktu antara  21 hari hingga sebulan lamanya. Saat ini produsen kecap skala besar merajai pasaran kecap nasional. Para produsen menggunakan teknologi maju (hidrolisa) dalam pembuatan kecap. Walhasil bagi produsen besar untuk membuat kecap tidak membutuhkan waktu yang lama.

Berbeda dengan pembuatan kecap tradisional, proses pembuatan kecap tradisional dari awal hingga siap jual membutuhkan waktu antara 21 hari hingga sebulan. Sebuah proses produksi yang cukup panjang hingga menghasilkan kecap yang sehat dan bermutu.

Belakangan ini produsen kecap tradisional semakin jarang kita temui, menurut pengakuan mereka terlalu berat untuk bersaing dengan produsen kecap besar. Tak ayal harapan produsen tradisional hanya mampu bertahan dan memilih segmen pasar selektif untuk melanjutkan usaha yang telah dirintis para orang tua mereka puluhan tahun lalu.

Indonesiaculture.net beberapa waktu lalu berkesempatan mengunjungi salah satu produsen kecap tradisional di Majalengka, produsen kecap yang telah berpuluh tahun mempertahankan produksi ala tradisonal, yah Kecap Maja Menjangan.

Proses produksi
Menurut Suhardi Saad W.Mp, pimpinan perusahaan Kecap Maja Menjangan, Bahan baku kecap terdiri dari : Kedelai hitam, gula aren, garam, tepung terigu dan telur.
Untuk prosesnya, menurutnya, pertama kali kacang kedelai dicuci hingga bersih, lalu kacang direbus, dan selanjutnya kacang dijemur hingga kering, baru setelah itu kacang difermentasi selama 10-14 hari.

Setelah terfermentasi kacang dibersihkan dari jamur yang menempel lalu dijemur kembali. Proses selanjutnya kacang direndam dalam larutan garam, ia menyebutnya dengan istilah beleng selama 10 hingga 14 hari. Pada proses ini garam akan menyerap protein dari kacang kedelai.

Sampai disini kecap sudah masuk dalam fase setengah jadi. Lalu kacang diangkat dari rendaman garam dan direbus dalam kuali besar, rebusan kacang ini akan menghasilkan sari atau larutan. Belum cukup sampai disitu, larutan ini akan didiamkan lagi selama seminggu, baru kemudian larutan direbus sambil dicampur dengan rebusan gula aren dan bahan lainnya.
Menurut anak dari H. Saad—pendiri usaha, kecap Maja menjangan memiliki rasa yang khas: manis sedang dan lebih kental dari kecap lain di pasaran.

Kecap Maja Menjangan diproduksi terbatas, sebab segmen pasarnya yang selektif. Biasanya kecap maja dijadikan buah tangan bagi para wistawan yang berkunjung ke wilayah Majalengka dan sekitarnya.

Setiap bulannya perusahaan memproduksi kecap sekitar 1500 hingga 2000 liter, untuk waktu-waktu liburan, semisal lebaran, produksi kecap bisa meningkat.

Kecap di pack dalam botol dalam tiga jenis ukuran; 600cc, 275cc dan 140cc. Untuk ukuran 275cc misalnya kecap dijual dengan bandrol Rp.5000.
Kecap Maja hingga kini masih didistribusikan ke beberapa wilayah di Jawa barat seperti: Cirebon, Kuningan dan Bandung.

Mitra usaha
Meski dibuat secara tradisional, mutu produksi tetap nomor satu bagi perusahaan, untuk itu dalam setiap produksinya diambil beberapa buah sample untuk diteliti mutu dan kualitasnya.
Perusahaan kecap yang telah berdiri sejak 1940 ini memiliki beberapa prinsip dalam usaha, beberapa diantaranya yaitu  perusahaan sedari awal dibangun dengan  modal usaha sendiri (keluarga), sehingga pendiri pun H.Saad Wangsadidjaja menyarankan anak-anaknya untuk tidak meminjam uang di bank. Maksudnya agar perusahaan dapat berkembang secara alamiah dan tidak terbelit hutang.

Di sisi lain perusahaan menjadikan tenaga kerja sebagai mitra usaha. Para pekerja diberikan fasilitas sawah sebagai tambahan keuntungan dengan model pembagian keuntungan sama rata (maroh).ternyata langkah ini cukup membantu para pekerja untuk menambah kebutuhan hidupnya. Melihat produksi kecap yang lama, para pekerja dapat mengisi waktu luangnya dengan bertani.
.
Alhasil para pekerja yang jumlahnya 12 orang ini betah untuk terus bertahan mengembangkan perusahaan kecap maja menjangan. “sebagian besar mereka telah bekerja puluhan tahun, mereka sudah seperti keluarga”, ujar Suhardi mengakhiri. sumber ti indonesia culture

Tidak ada komentar:

Posting Komentar